Salam Pancasila | Khazanah 26 Februari 2020
Tebar Salam dan Amal Mulia Lainnya
Hadits-hadits berikut adalah hadits dari Riyadhus Sholihin yang mengajarkan menebar salam dan amal mulia lainnya.
Kumpulan Hadits Kitab Riyadhush Sholihin karya Imam Nawawi
Kitab As-Salam
Bab 131. Bab Keutamaan Salam dan Perintah Meyebarkan Salam
Hadits #845
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ada seorang lelaki kepadanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Islam apakah yang paling baik itu?” Beliau menjawab, “Engkau memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang sudah dan belum engkau kenal.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 12 dan Muslim, no. 39]
Faedah Hadits
Hadits ini menunjukkan semangatnya para sahabat dalam mencari amalan yang dapat meraih kebaikan dunia dan akhirat.
Hadits ini mendorong kita untuk memberi makan kepada orang fakir dan miskin, serta ibnu sabil, juga orang-orang yang lemah, serta memberi hadiah pada tetangga.
Sudah sepatutnya kita menebar salam tanpa mengkhususkan pada orang yang dikenal saja. Karena ucapan salam itu termasuk hak umumnya kaum muslimin.
Hadits #846
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika Allah menciptakan Adam ‘alaihis sallam, Allah berfirman, ‘Pergilah engkau, lalu ucapkanlah salam keapda mereka itu—sekelompok malaikat yang sedang duduk—kemudian dengarkanlah salam penghormatan mereka kepadamu, maka itu adalah salam penghormatanmu dan keturunanmu.’ Adam pun mengucapkan, ‘Semoga keselamatan atasmu dan rahmat Allah.’ Kemudian mereka menambahkan, ‘Dan rahmat Allah.’” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 3326]
Faedah Hadits
Hadits ini menunjukkan anjuran untuk mengucapkan salam.
Allah mengajarkan salam seperti dalam hadits qudsi ini.
Salam adalah salam penghormatan umat Islam.
Menjawab salam bisa dengan yang lebih baik atau semisal dari ucapan salam yang pertama.
Adam adalah bapak manusia.
Hadits ini menunjukkan perintah mengambil ilmu dari ahlinya.
Hadits #847
Dari Abu ‘Umarah Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah kami dengan tujuh perkara: (1) menjenguk orang yang sakit, (2) mengantarkan jenazah, (3) mendoakan orang yang bersin, (4) membantu yang lemah, (5) menolong yang dizalimi, (6) menyebarkan salam, (7) memenuhi sumpah.” (Muttafaqun ‘alaih. Lafazh ini adalah salah satu dari riwayat Bukhari) [HR. Bukhari, no. 1239 dan Muslim, no. 2066]
Faedah Hadits
Islam adalah agama kasih sayang dan mengajarkan untuk memperhatikan hak terhadap sesama.
Menjenguk orang sakit menurut jumhur ulama adalah sunnah. Namun bisa jadi menjenguk orang sakit itu menjadi wajib jika yang dijenguk adalah kerabat dekat (masih punya hubungan mahram). Misal menjenguk ayah atau ibu yang sakit, hukumnya wajib karena bagian dari berbakti kepada keduanya. Juga menjenguk saudara yang sakit, hukumnya wajib karena bagian dari silaturahim dengan kerabat. Kaidahnya, makin dekat hubungan kerabat dan makin dekat dalam hubungan, maka makin ditekankan untuk menjenguk saat sakit.
Yang dijenguk di sini adalah orang yang sakit secara umum, baik yang sakit masih dalam keadaan sadar ataukah tidak. Begitu pula dianjurkan meskipun yang datang menjenguk tidak diketahui kehadirannya oleh yang sakit. Karena menjenguk orang sakit punya manfaat: (1) mengurangi duka keluarganya; (2) mendoakan kebaikan kepada yang sakit; (3) menjenguknya sendiri berbuah pahala.
Kita diperintahkan untuk mengantarkan jenazah ke pemakaman dan hukumnya adalah fardhu kifayah. Ini berlaku bagi jenazah yang dikenal maupun tidak dikenal.
Orang yang bersin diperintahkan mengucapkan “alhamdulillah” karena bersin sebenarnya adalah nikmat dari Allah, sebab ada sesuatu yang tertahan akhirnya bisa keluar. Alasan lainnya, bersin adalah nikmat dikarenakan anggota badan tetap seperti keadaannya. Selain itu, dibuktikan pula setelah bersin, keadaan seseorang jadi lebih semangat. Alasan lainnya kenapa bersin diperintahkan mengucapkan “alhamdulillah”. Jawabnya, karena bersin disukai oleh Allah.
Mengucapkan “alhamdulillah” untuk orang yang bersin adalah sunnah (mustahab, dianjurkan). Ada kata sepakat ulama dalam pernyataan dianjurkannya hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam kitab beliau Al-Adzkar.
Bagi yang mendengar yang bersin mengucapkan “alhamdulillah”, hendaklah ia mengucapkan “yarhamukallah”. Perintah mengucapkan yarhamukallah ini ada yang menyatakan wajib ‘ain, ada yang mengatakan wajib kifayah, dan ada lagi ulama yang menyatakan sunnah (dianjurkan).
Rumaysho:
https://rumaysho.com/19068-tebar-salam-dan-amal-mulia-lainnya.html
Property Of TransMedia
Web
https://www.trans7.co.id
Contact
https://www.trans7.co.id/contact
Tag
#Khazanah #Pancasila #Trans7