Ngayau merupakan tradisi Suku Dayak Zaman Dahulu, yang berburu kepala manusia dengan cara memenggal kepala musuhnya dan membawa ke rumah selayaknya piala.
Karena hal ini pula, Para Suku Dayak pedalaman ditakuti oleh para penjajah Jepang, Inggris dan Belanda.
Banyak orang Eropa yang datang ke Kalimantan dan menyaksikan ngayau, lalu mempublikasikannya dalam bentuk buku.
Misalnya Carl Boc, seorang naturalis asal Norwegia yang menerbitkan karya berjudul The Headhunter of Borneo pada tahun 1881.
Pasca tradisi ngayau ini, beredar cerita dikalangan masyarakat, jika pemuda dayak yang belum pernah ngayau belum bisa menikah.
Namun, Cerita ini dibantah oleh Budayawan Dayak Kalimantan Barat, Eugene Yohanes Palaunsoeka, Ia mengatakan cerita yang beredar itu tidak benar dan dilebih-lebihkan.
Perburuan kepala Suku Dayak berhenti setelah dilarang pada Rapat Damai Tumbang Anoi tahun 1894, hal ini membawa ketenangan antar penduduk Kalimantan.Hingga kini tradisi ngayau sudah tidak dipraktikan lagi oleh orang-orang Suku Dayak, namun masih ada rumah yang menyimpan kepala-kepala hasil ngayau keluarga mereka terdahulu.
#ngayau #dayak #budayadayak
Tim Liputan:
Videografer : Anesh Viduka, Tri Pandito Wibowo
Naskah : Jovanka MC
Voice Over : Rizki Fadriani
Editor : Anesh Viduka