Pak Raden Sang Peniup Bansi
TRIBUNBATAM.Id - Budaya merupakan karakteristik suatu bangsa.
Budaya sangat penting dan wajib dilestarikan serta dijaga agar diwariskan sampai ke anak cucu kita.
Melestarikan Kearifan budaya merupakan tanggung jawab bersama. Jika budaya tidak dilestarikan, maka budaya asing akan mudah masuk dan menggantikan budaya tempatan.
Pak Alimunar Can M.A atau dikenal akrab dengan Pak Raden, dia adalah seorang seniman yang berasal dari Padang. Kesehariannya melakoni hidup sebagai musisi jalanan.
Pada saat di temui TRIBUNBATAM.id, Pak Raden larut dalam memainkan alat musik tiup tradisional Minang (Bansi), di Rumah Makan Padang Kelok 44 Bengkong Indah 2, Batam, Hari Selasa, (24/11/2020) malam.
Ia menggeluti pekerjaan ini sejak 2018 silam, ia mengaku bahwa pekerjaan ini ia lakukan sejak kondisi tubuhnya kurang baik akibat dari kecelakaan.
"Fisik saya sudah kena, ini tabrakan sama motor (sembari menunjuk lututnya) Jadi lemah. Makanya gak ada lagi tenaga. Maka saya menjalani ini sebagai mata pencaharian,"
Saat itu ia mengenakan jaket berwarna abu-abu, celana coklat dan masker di lehernya, menggunakan tanjak berwarna merah berbentuk segitiga bagian depannya dan
Pria 53 tahun itu sangat bersyukur karena memiliki talenta dibidang musik. seperti, memainkan Bansi dan Saluang.
Kini ia menghidupi keluarganya yang berada di kampung dengan menjadi seorang musisi jalanan.
Dia hidup sendiri di Batam, ia terpaksa meninggalkan keluarga, istri dan 4 orang anaknya di kampung halaman (Padang).
Biasanya dia akan singgah ke tempat keramaian seperti rumah makan, alun-alun Welcome To Batam (WTB), dan tempat keramaian lainnya.
Ia mengaku sewaktu memainkan alat musik tradisional Bansi dan Saluang di depan masyarakat, tidak jarang ia merasa dipandang sebelah mata.
"Saya tidak mau orang bodoh belagak pintar, paling gak suka!. Jadi saya sekarang nampak begini, kadang-kadangpun ada yang mandang sebelah mata. Jadi bodoh jadi orang, ini budaya siapa?."
Meskipun demikian, ia tetap melakoni pekerjaan tersebut meskipun dipandang sebelah mata, karena sudah tuntutan hidup. kotak duit yang di gendongnya terdapat gambar dan tulisan.
"jangan pernah putus asa atau menyerah, jatuh bangun lagi gagal coba lagi, kalah ulang lagi putus sambung lagi, akhirnya kemenangan untukmu juga ya Allah" tulisan dalam kertas kotak duitnya.
Pak Raden ini juga merupakan salah satu tokoh Pembangkit Seni Budaya Minang Kabau. Yang kini berada di Batam.
"Harusnya budaya itu tetap di lesetarikan bang, agar anak cucu kita mengetahui idententitas atau leluhurnya bang."
harapnya Pandemi Covid-19 memberikan dampak sosial, terutama di bidang perekonomian. Sehingga banyak sekali yang merasakan dampak tersebut.
"Semenjak Corona ini bang, apalagi saat Lock Down pertama itu. Penghasilan saya jadi menurun bang" ungkap Pak Raden kepada TRIBUNBATAM.id
Selain itu, ia berharap agar budaya apapun jenisnya terutama budaya lokal maupun tempatan agar tetap di lestarikan.